Kappa dan 100 Wadah Labu

Di artikel kali ini kami akan membagikan sebuah dongeng sebelum tidur tentang Kappa dan 100 Wadah Labu singkat dan tidak terlalu panjang Bahasa Indonesia yang bisa Anda baca atau diberikan kepada anak, teman, sahabat, pacar, atau keluarga Anda.

Sebelum lebih lanjut ke dongeng, kami akan membahas tentang Kappa terlebih dahulu. Kappa adalah makhluk mitologis dalam budaya Jepang. Mereka dipercayai sebagai makhluk air yang hidup di sungai dan danau.

Kappa memiliki bentuk seperti rakun dengan cangkir air pada kepalanya, yang harus tetap terisi agar mereka dapat hidup. Kappa dikenal sebagai makhluk yang sangat cerdas dan memiliki kemampuan untuk berbicara, meskipun mereka juga dikenal sebagai pemakan manusia.

Mereka dapat ditaklukkan dengan memberikan mereka hadiah atau mempermainkan mereka. Dalam budaya populer, kappa sering digambarkan sebagai makhluk lucu dan kadang-kadang bahkan menjadi tokoh fiksi.

Rekomendasi

Itulah tadi informasi singkat tentang Kappa. Cerita ini bisa Anda bagikan kepada Anak, teman, sahabat, atau pun keluarga Anda. Bisa juga dibacakan sebagai dongeng sebelum tidur.

Dongeng Tentang Kappa dan 100 Wadah Labu

Dongeng Tentang Kappa dan 100 Wadah Labu

Dahulu kala, hiduplah ayah Bersama tiga anak perempuannya, hingga ada tibalah tahun di mana musim kemarau berkepanjangan. Sawah-sawah lalu mongering, banyak para petani yang gagal panen membuat mereka mengalami kesusahan.

“Jika keadaan terus seperti ini, padi-padi akan mati, belum lagi tanaman yang lainnya. Siapa yang akan mengalirkan air ke sawah, ditambah kemarau ini air sulit di cari.” Ujar ayah sembari berdiri di pematang sawah, lalu terdengar suara air dari sungai dan muncullah Kappa.

“Aku akan mengairi sawah-sawah ini, tapi dengan satu syarat! Jika kamu memberikan sawah ini kepada salah satu anak perempuanmu, maka akan kujamin sawahmu akan kembali seperti semula!” ucap Kappa.

“Aku setuju jika kamu benar-benar bisa melakukannya! Aku akan memberikan sawah ini kepada seorang putriku! Jadi tolong lakukanlah!”

“Baiklah, jangan lupa janjimu! HAHAHA.” Kappa tertawa terbahak-bahak. Setelah itu ia kembali ke sungai.

 Keesokan harinya, disuatu pagi, sang ayah pergi ke sawah. Ia begitu terkejut melihat sawahnya telah terisi penuh dengan air. Ia bahagia bukan kepalang, akhirnya ia berlari cepat pulang kerumah, saat dalam perjalan menuju kerumah, ia teringat janjinya pada Kappa. Tapi, ketiga anaknya masih tertidur, karena tidak tega melihat anaknya yang masih tertidur. Ia tak tega dan justru menyelimut anak-anaknya kembali. Sambil menunggu makan siang,sang ayah tidur disamping anak-anaknya.

Waktu makan siang pun tiba, anak gadis tertua membangunkan ayahnya yang masih meringkuk.

“Ayah, bangun. Makan siang sudah tiba!” ucap anak gadis pertama sambil menggerakkan tubuh ayahnya.

“Aku masih mengantuk, masih ingin tidur. Lagi pula aku tidak lapar.”

“kenapa?” Tanya gadis paling sulung.

Karena anak sulungnya terus bertanya-tanya, ia pun akhirnya menjelaskannya.


“Aku sudah berjanji, akan memberikan sawah pada salah satu anakku kepada Kappa. Dengan kata lain, salah satu putriku akan menikahi Kappa. Karena dua adikmu masih kecil. Maka kau harus menikahi Kappa anakku.”

Mendengar perkataan sang ayah, anak gadis itu berteriak, “Tidak!” lalu ia melanjutkan perkataannya. “Memangnya siapa yang menikahi Kappa?”

Sang ayah lalu menyepak bantal dan menyelimuti tubuhnya dengan selimut. Ia lanjut tidur dan tidak semangat untuk melakukan apapun. Tak lama kemudian datanglah putri keduanya dan melakukan hal yang sama seperti anak pertama, dan sang ayah menjelaskan hal yang sama pula. Dan terakhir datanglah anak ketiga, ia melakukan hal yang sama,dan ayah menjelaskannya. Mendengar hal itu, anak perempuan ketiga justru memberikan pendapatan yang berbeda.

“Janji harus ditepati, bukankah hal itu yang ayah ajarkan padaku. Jadi aku akan menikahi Kappa, jadi sekarang ayah lebih baik makan terlebih dahulu.

Mendengar jawaban anak ketiga, sang ayah lalu beranjak penuh semangat dan makan. Sembari makan, ia bertanya pada putri ketiganya, “Aku mau mempersiapkan pernikahanmu, barang apa yang bagus?”

Lalu putri ketiga menjawab, ”Aku ingin membawa seratus  wadah yang terbuat dari labu ayah.” Mendengar jawaban putrinya sang ayah mengangguk. Lalu ia berkeliling desa mencari labu, dan akhirnya ayah berhasil membawa 100 wadah yang terbuat dari labu dan membawanya dibantu oleh anak perempuan ke-1 dan ke-2. Tak lama kemudian datanglah Kappa dengan menyerupai pemuda yang tampan dan berwibawa. Dua kakaknya, melihat Kappa yang telah berubah menjadi pemuda tampan.

“Ternyata jika berubah manusia, Kappa bisa menjadi pria tampan.”

Sesaat kemudian muncullah putri bungsu ia mengenakan gaun yang begitu anggun dan cantik, membuat siapapun pasti terpesona. Dan sang ayah memberikan 100 wadah dari labu yang sudah ia ikat dalam kain. Kappa menggenggam tangan si bungsu dan pergi menuju rawa besar yang ada dibalik gunung dan persawahan. Diikuti dengan 2 putrinya yang membawa bingkisan berupa wadah dari labu.

Setibanya di rawa besar, pemuda berkata dengan penuh semangat, “Kami akan segera masuk rumah, kalian silakan letakkan bingkisan di sini.” Ketiga orang tersebut menuruti perintah Kappa. Ketiga orang lalu memberikan pelukkan terakhir kepada si bungsu. Sang ayah menangis lalu pergi.

“Nah sekarang, tinggal kita berdua, ayo masuk ke rumah bersamaku!” ajak Kappa.

“Maaf, tapi sebelum itu. Bagaimana dengan bingkisan ini?” Tanya si bungsu.

Lalu, Kappa memberikan isyarat, itu mudah saja. Ia berubah ke wujud aslinya. Mulai melempar satu wadah dari labu tersebut. Tapi ada satu keanehan, setiap wadah yang berusaha ia tenggelamkan. Selalu muncul kepermukaan. Begitu terus hingga wadah ke-100. Kappa merasa kelelahan ia menghela nafas dan duduk sebentar. Otaknya terus berpikir, bagaimana cara menenggelamkan 100 wadah ini, jika begini terus, bukan kebahagiaan yang ia dapat melainkan kematian. Susah juga jika begini terus. Ia menggerutu di dalam hati.

“Susah juga memiliki istri seorang manusia, lebih baik aku memiliki istri dari bangsa Kappa saja. Ah, jika begini aku lebih baik menyerah saja. Ternyata ini semua adalah ide yang buruk.”

Kappa lalu menatap si bungsu, ia hanya tersenyum dan mengatakan kalimat “selamat tinggal” sebelum akhirnya ia menyelam ke dalam rawa. Melihat Kappa sudah menghilang, si bungsu pun akhirnya kembali ke rumah. Melihat si bungsu kembali.

Ayah dan kedua putrinya bahagia bukan kepalang. Mereka ber-empat menari, tertawa. Sang ayah lalu mengerti kenapa putri bungsu meminta 100 wadah dari labu. Keesokan harinya, musim kemarau berakhir.

Semua kembali seperti semula. Ayah kembali ke sawah, ketiga putrinya mengurusi rumah. Kappa memperhatikan semuanya dari kejauhan di balik rawa besar.


Itulah tadi dongeng sebelum tidur tentang Kappa dan 100 Wadah Labu singkat dan tidak terlalu panjang Bahasa Indonesia untuk Anak. Anda bisa request dongeng sebelum tidur lainnya di kolom komentar ya. Mungkin itu dulu dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam pengetikan. Semoga bermanfaat.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *